beranda

Sabtu, 07 Mei 2011

kuliah

Mid semester Filsafat Ilmu
1.      Jelaskan kaitan rasionalisme dan empirisme dengan penyusunan karya ilmiah?
2.      Jelaskan saling keterkaitan antar ilmu, agama, dan seni dan jelaskan pula saat pertikaian antar ketiganya?
3.      Mengapa sering terjadi saling meremehkan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif? Bagaimana pendapat anda?
4.      Renaissance dan Aufklarung adalah tonggak penting menuju kemajuan peradapan dunia jelaskan?
5.      Jelaskan tanggung jawab moral, social, dan ilmiah seorang ilmuawan?
6.      Bagaimana nilai dan norma harus digunakan sebagaiman pedoman bagi ilmuwan dalam mengimplementasikan ilmunya?jelaskan dengan contoh!
Jawab
1.      Menurut kaum rasionalis, segala sesuatu dapat dan harus dimengerti secara rasional. Segala sesuatu pernyataan hanya boleh diterima sebagai “benar” apabila bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. Dalam bidang ilmu pengetahuan, rasionalsme berpengaruh sangat besar. Ilmu pengetahuan sangat pesat berkembang pada saat ini.
Aliran empirisme berpendapat bahwa empiri atau pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Akal, menurut mereka bukanlah sumber pengetahuan, karena akal sebenarnya hanya bertugas mengolah bahan-bahan yang diperoleh lewat pengalaman. Pengetahuan terjadi bila subjek dirubaah di bawah pengeruh objek, artinya bentuk-bentuk yang beradda diluar diri diserap oleh subjek yang meninggalkan bekas-bekas dalam kehidupan batinya.
Dalam karya ilmiah bagian yang bersifat rasionalisme adalah bagian teori dan pengajua hipotesis, sedangkan yang bersifat empirisme adalah bagian penarikan kesimpulan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua pandangan tersebut saling melengkapi dalam penyusunan karya ilmiah.
2.      Keterkaitan antara seni, agama, dan ilmu. Ketiganya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang erat hubunganya dengan manusia. Ilmu dan agama saling memberikan kemanfaatan. Sumbangan ilmu terhadap agama yaitu memberikan penafsiran terhadap agama, kitab suci dsb, sedangkan agama member manfaat terhadap ilmu, dalam mengembangkan ilmu tidak boleh bertentangan dengan agama. Ilmu tidak dapat menggantikan peran agam, karena agama memberikan kasih sayangf, harapan, cahaya,dan kekuatan. Agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir kemandegan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Sedangkan ilmu tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan  pemabuk yang kejam.
Ilmu membantu sni dalam hal tekhnologi. Perjalanan esttetis berdampak internal, yaitu perubahan perubahan terhadap diri sendiri dengan akibat:
a.       Menyentuh keluhuran budi
b.      Member kesadaran bahwa manusia makluk yang fana dan baka
c.       Member kesadaran tentang derita, kasih saying, dan cinta manusiawi
d.      Mengingatkan akan nasib manusia
e.       Menjadi sarana untuk renunagan yang bersifat kemanusiaan
Seni mengungkapkan keindahan. Seni adalah kenikmatan hidup.agama berarti kasih sayang. Agama adalah music kehidupan. Ilmu berarti kebenaran dan akal.
Dalam mengembangkan ilmu kadangkala bertentangan dengan agama, seperti ilmu kesehatan tentang aborsi, cloning menurut ilmu pengetahuan hal tersebut dapat dijalankan selama berguna bagi kesehatan atau keselamatan pelakunya, namun menurut pandangan agama hal tersebut terlarang sehingga terjadi pertentangan antara keduanya. Begitu juga antara agama dengan seni, misalkan goyangan penari menurut pandangan seni merupakan kesenian namun menurut agama dapat diartikan sebagai pengumbar hawa nafsu dan aurat yang sangat dilarang oleh agama.     
3.      Mengenai saling ejek antara kuantitatif dan kualitatif tidak terlepas dari keegoisan para pakar yang menganut masing masing metode tersebut. Misalkan para pakar kuantitatif menyebut bahwa kualitatif merupakan masa kecil dari kuantitatif dan baru paruh ilmiah(setengah ilmiah). Sedangkan menurut para ahli kualitatif menyebutkan bahwa ilmu kuantitatif sebagai ilmu kempis atau rendah, minim atau hanya mengkaji hal-hal bersifat abstrak karena pada penelitinay hanya menggeneralisasikan hasil penelitian berdasarka sampel saja. Dan menyebut kualitatif sebagai ilmu yang padat tinggi dan utuh.
Menurut Saya: Kedua pendekatan tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Pada Pendekatan kualitatif banyak waktu yang dibutuhkan terlalu lama, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti. Pendekatan kuantitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sampel, pengambilan data dan penentuan alat analisisnya Pada tataran teoritis pendekatan kuantitatif didasari oleh teori positivisme, empirisme, behaviorisme, rationalisme, and fungsionalisme. Benang merah dari teori-teori tersebut ialah bagaimana cara mendapatkan kebenaran dalam ilmu pengetahuan secara empiris dengan menggunakan indera manusia dan melacak dari sudut pandang luar. Sementara itu pendekatan kualitatif didasari oleh teori-teori, seperti idealisme, fenomenologi, interaksi simbolik, dan naturalisme. Inti dari teori-teori tersebut menyatakan bahwa esensi makna atau kebenaran dapat diperoleh melalui interaksi manusia; oleh karena itu, makna terikat pada budaya manusia tertentu dan tidak bebas nilai. Akibatnya dalam melacak kebenaran para peneliti harus mencari dari sisi dalam diri manusia.

4.      Renaissance dan Aufklarung merupakan tonggak perubahan dunia karena keduanya mengilhami terjadinya revolusi industry di Inggris, revolusi di Prancis dan pecahnya Jerman menjadi dua yaitu jeman barat dan jerman timur. Sedangkan pengaruhnya bagi Indonesia adalah terjadinya infasi dan penjajahan dari bangsa barat(belanda, portugis, dan inngris) yang mengakibatkan timbulnya perlawanan terhadap imperialism tersebut. Sehingga di Indonesia muncul berbagai pahlawan nasional. Renaissance berarti kelahiran kembali. Istilah ini digunakan oleh Giorgio Vassari untuk menggambarkan semangat kesenian Italia mulai abad ke-14 hingga 16 yang bernafaskan semangat Yunani dan Romawi Kuno. Namun, kesenian saja tidak mampu untuk mendeskripsikan fenomena yang ada pada masa itu. Renaissance juga berarti kebangkitan kesadaran manusia sebagai individu yang rasional, otonom, punya kehendak bebas, dan mempunyai tanggung jawab. Dari sini terlihat jelas bahwa visi renaissance adalah mengembangkan sebuah paradigma yang antroposentris dalam masyarakat. Hal ini bertolak belakang dengan perspektif yang berkembang pada abad pertengahan yang sangat teosentris itu. Berkembangnya rasionalitas, individualisme, dan free will, atau yang lebih dikenal secara ringkas dengan istilah modernisme ini paling tidak dapat diwakili oleh figur-figur seperti Leonardo Da Vinci, Michaelangelo, Francis Bacon, dan sebagainya. Melalui tokoh-tokoh inilah, modernisme menjadi sebuah relief yang timbul menonjol pada lembaran sejarah manusia. Francis Bacon misalnya merupakan peletak batu pertama bagi metode penelitian ilmiah.  Dengan berpijak pada metode ini, berbagai karya agung lahir di kemudian hari oleh tokoh-tokoh lain. Satu bagian sejarah lain yang sangat menunjang perkembangan IPTEK adalah abad ke-18 atau yang familiar dengan julukan Abad Pencerahan. Abad Pencerahan (Inggris: the Age of Enlightenment, Jerman: Aufklarung), digunakan untuk merujuk pada suatu masa dalam sejarah Eropa yang identik dengan kejayaan rasio atas superstisi dan agama yang dianggap telah menyebabkan berbagai perang berdarah. Pada abad inilah,  para pemikir ulung dunia hidup; di bidang pemikiran politik kita menemukan Thomas Hobbes, John Locke, dan Rousseau, di filsafat ada Leibniz, Spinoza, hingga Hume, di science kita mendapati nama Sir Isaac Newton.  Nama yang terakhir disebut memiliki andil yang sangat besar bagi IPTEK atas konsep kinematika yang ia kembangkan. Terlepas dari berbagai kritik yang diarahkan terhadapnya, rasionalitas sejatinya merupakan hal yang sangat hakiki bagi manusia. Rasiolah yang membuat manusia menjadi manusia. Dengan rasio, terbukti manusia dapat menjadi semakin berkembang dan menemukan hal-hal yang baru. Satu pesan dari Renaissance dan Aufklarung dalam memajukan peradaban dunia adalah: bahwa manusia hanya akan berkembang jika ia diberi kepercayaan untuk mengembangkan rasionya. Terjadinya revolusi industry di Inggris, revolusi di Perancis dan Pencerahan di Jerman adalah salah satu kemajuan peradaban dunia dari Masa Renaissance dan Aufklarung.

5.      Tanggung jawab ilmuwan
a.       Tanggung jawab social
·         Objektif (menilai dan memutuskan sesuatu dengan pertimbangan umum dan bukan pribadi)
·         Terbuka (terbuka untuk kebenaran, rela disalahkan kalau memang salah dan tentu akan senang jika dibenarkan)
·         Menerima kritik(tidak marah atau patah arang apabila mendapat kritikan:sebaliknya dia akan lebih bersemangat mengoreksi karyanya)
·         Kokoh dalam pendirian dan mengandalkan kekuatan argumentasi(kokoh dalam membela kebenarann teorinya secara rasional dalam diskusi atau dialog/bukan menggerutu)
·         Berani mengakui kesalahan( hal ini berkaitan dengan sikap terbuka dan menerima kritik)
b.      Tanggung jawab moral
·         Membela kebenaran
·         Tanpa kepentingan langsung(benar-benar untuk kepentingan ilmu dan bukan pamrih pribadi)
·         Rasional(mementingkan pertimbangan rasio dan akal sehat , bukan emosi)
·         Kritis( teliti dan peka terhadap kebenaran atau kesalahan yang ditemui)
·         Pragmatis(berpandangan bahwa ilmu haruss memiliki nilai keguanaan bagi kehidupan masyarakat)
·         Memelihara kejujuran( tidak melaporkan sesuatu yang palsu, tidak menjiplak, tidak menambah atau mengurangi sesuatu, dan mencoba mengatakan sesuatu hal apa adanya)
·         Menyandarkan pada kekuatan argumentasi
·         Objektif
·         Terbuka
·         Netral dari nilai-nilai diagnostic dalam menafsirkan hakikat realitas(harus dibedakan hakikat ilmudan agama dalam dogma ini)
c.       Tanggung jawab ilmiah
Seorang ilmuwan harus mampu menerapkan ilmu yang menjadi bidang kajiannya untuk kemaslahatan manusia dengan tidak menurunkan keluhuran martabatnya dengan kekhususan selalu menjaga keutuhan bangsa dan negara. Bersikap adil dalam menghadapi kesulitan multidimensional. Bijaksana dalam menyikapi demokrasi dan kebebasan pers, menjadi contoh birokrat yang baik dan mengabdi pada kepentingan masyarakat.

6.      Nilai Adalah fenomena psikis manusia yang menganggap sesuatu hal bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya, sehingga seseorang dengan sukarela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena tersebut, maknanya seorang  ilmuwan disamping harus menjunjung tinggi nilai keilmuan juga harus peka terhadap nilai religius, nilai keindahan, moral, ekonomi dan nilai-nilai yang lainnya. Oleh karena itu seorang ilmuwan harus ,memiliki keteladanan dalam menerapkan nilai-nilai.
Contoh:
Seorang ilmuwan mampu menggunakan dan memanfaatkan ilmu sesuai bidangnya sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam.
Norma diartikan sebagai garis pengarah atau suatu peraturan, norma juga diartikan sebagai aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolak ukur dalam menilai sesuatu. Hal ini bermakna dalam diri seseorang ilmuwan harus dapat melaksanakan norma kesopanan, hukum dan norma moral secara selaras serasi dan seimbang.
Contoh:
Seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh system budaya, system politik, system tradisi atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu. Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal.